Jumat, 22 April 2011

COOPERATIVE LEARNING

A. PENGERTIAN COOPERATIVE LEARNING
            Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) mengemukakan,”In cooperative learning methods, studentswork together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
            Sedangkan Johnson (dalam hasan, 1994) mengemukakan Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allow students to work together to maximize their own and each other as learning. Berdasarkan uraian tersebut, cooperative learning mengandung arti bekerja bersama dalam dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu.
            Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.
            Watchword of the American Revolution dalam Johnson & Johnson (1994) mengemukakan istilah”Together we stand, divided we fall” atau “bersama kita bisa, berpisah kita jatuh”,untuk menggambarkan tentang cooperative learning. Kauchak dan Enggen dalam Azizah (1998) berpendapat cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Lie (2002) mengungkapkan, cooperative learning atau memberi landasan teoritis bagaimana siswa dapat sukses belajar bersama orang lain.
            Djahiri K (2004) menyebutkan cooperative learningsebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Djajadsastra (1982) mengemukakan, metode belajar kelompok atau lazim disebut dengan metode gotong-royong, merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas.
            Beberapa ciri dari cooperative learning adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

B.TUJUAN COOPERATIVE LEARNING
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan mamberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakn pendapatnya.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik Cooperative Learning sebagaimana dikemukakan Slavin (1995) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan Kelompok
            cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai scor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan ats penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban Individu
            keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut meniikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu balam belajar. Adanya pertanggungjawaban sebagai individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuanteman sekelompoknya.
c. Kesempatan Yang Sama Untuk Mencapai Keberhasilan
            Cooperative Learning menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini setiap siswa, baik yang berprestas rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yag terbaik bagi kelompoknya.
            Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, cooperative learning mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerjasama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok (Cilibert-Macmilan, 1993).
            Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar menggunakan metode cooperative learning akan memiliki motivasi tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi sikap tingkahlaku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain (Johnson, 1993).
            Stahl (1994) mengemukakan, melalui model cooperetive learning, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan kecakapan sebagai pertimbangan untuk berpikir dan menentukan serta berbuat dan berpartisipasi sosial.
            Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000), yaitu :
a. Hasil belajar akademik
            Dalam cooperative Learning meskipin mencakup beragam tujuan sosial juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya. Para pengembang model ini telah menunjukan model struktur penghargaankooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang barhubungan dengan hasil belajar. Disamping itu, baik pada siswa klompok bawah maupun atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
            tujuan lain dari model pembelajaran cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemempuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperative memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung paa tugas-tugas akademik melalui struktur penghargaan kooperatif akan blajar saling menghargai satu sama lain.
c. pengembangan ketrampilan sosial
            tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa ketrampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan sosial penting dimiliki siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keteramilann sosial.

C. TEORI COOPERATIVE LEARNNG
            Sebagai model pembelajaran yang sistematis yang mengelompokkan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif, cooperative learning mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Karena itu, cooperative learning didasarkan pada teori-teori perkembangan kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial. Terdapat berbagai teori dalm kita mempelajari cooperative learning, tiga diantaranya sebagaimana disebutkan berikut.
1.      Teori Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurutnya bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif sesorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru kedalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus ocock dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki pelajar. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
2.    Teori Piaget
                        Menurut piaget, setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut;
a.       Sensoni motor (0-2 tahun)
b.      Pra operasional (2-7 tahun)
c.       Operasional konkrit (7-11 tahun)
d.      Operasional formal (11 tahun keatas)
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori ini mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatakan partisipasi peserta didik. Sehingga menurut teori ini pengetahuan tidak hanya sekedar dipindahkan secara verbal tetapi harus dikonstruksi dan direkonstruksi peserta didik. Sebagai realisasi teori ini, maka dalam kegiatan pembelajaran peserta didik haruslah bersifat aktif.
3.    Teori Vygotsky
                        Vygotsky mengemukakan pembelajaran merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dan pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari ruangan kelas, atau yang diperoleh dan pelajran sekolah. Sumbangan dan teori vygotsky adalah penekanan pada bakat sosiokultural dalam pembelajaran. Menurutnya pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal, yaitu tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada saat ini. Ide penting lain yang diturunkan vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat mereka mampu. Bantuan tersebut beruupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memugkinkan pelajar tumbuh mandiri.

D. KARAKTERISTIK COOPERATIVE LEARNING
            Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh sebab itu banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning, karena mereka menganggap telah terbiasa menggunakannya. Walaupun cooperative learning terjadi dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dikatakan cooperative learning. Bennet (1995) mengatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:
·         Positive interdepedence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau peraasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
·         Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi diantara siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
·         Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelomoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
·         Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubugan kerja yang efektif.
·         Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learnig adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar